Dulu, rasanya yang terbayang
adalah yang muluk-muluk saat mendengarkan kata 'cinta'. Mungkin terpengaruh
dari tontonan televisi, di mana disebut cinta kalau sudah melewati tidak
diijinkan orang tua terlebih dahulu, kemudian tiba-tiba menemukan jalan yang bisa
mempersatukan keduanya. Disebut cinta juga, kalau mendadak bertemu di stasiun
kereta, kemudian jatuh cinta. Atau, disebut cinta kalau tadinya benci setengah
mati, kemudian diam-diam suka.
Ternyata, bukan itu yang namanya
cinta!
Kalau selama ini bayangan orang
melambung yang megah-megah soal cinta, pantas saja akhirnya jarang di antara
mereka yang bisa bertahan bahagia. Kebanyakan malah jatuh terpuruk, dan
menemukan hati yang terluka. Singkat kata, mengaku TIDAK BAHAGIA. TIDAK
DICINTAI.
Terlalu berharap. Mungkin itulah
yang sebenarnya terjadi pada orang yang jatuh cinta. Semua bayangan yang ada di
benak itu membuat buta, sampai-sampai cinta yang sebenarnya tak pernah
disadari.
Dan kalau mata saya terbuka melalui
sebuah postingan teman, saya juga ingin semua mata terbuka akan apa itu cinta
sebenarnya.
Membuka sebuah akun Facebook
milik teman, nyaris setiap hari postingannya diisi dengan hal-hal yang
sederhana. Hal-hal kesehariannya, entah membuat kue, entah pergi ke pasar, yang
jelas hampir semua wanita melakukan hal yang sama.
Lantas apa yang istimewa dari
postingannya?
Beberapa postingan tersebut
menceritakan bagaimana suami dan ibu mertuanya meninggalkan beberapa catatan
kecil atau hadiah-hadiah kecil untuknya, tidak mahal. Mungkin hanya berbekal
tepung terigu dan sedikit adonan cokelat saja sudah jadi hadiah buatnya.
Terkadang juga disertai dengan bunga dan setoples atau sepiring kue. Sederhana
kan? Rasanya seperti hal yang biasa.
Iya, awalnya saya juga berpikir
demikian. Sampai pada akhirnya saya berpikir, kenapa itu jarang ditemui di
negri sendiri yang katanya memegang erat adat ketimuran dan tahu tata krama
ini? Kenapa hal sekecil itu justru gengsi dilakukan? Gengsi menunjukkan kasih
sayang, gengsi menunjukkan cinta.
Ah, coba saja amati bagaimana
saat anak mantu dan mertua bertemu, di depan semua orang bisa saja bersikap
baik-baik. Namun, kalau sudah saling memunggungi, yang ada adalah bahan gosip,
saling menjelekkan satu sama lain. Akui saja bahwa itu masih terjadi di sekitar
kita. "Menantuku itu pemalas, kerjanya hanya main BB saja..."
kemudian suatu kali disambung oleh si menantu, "Mertuaku itu bawel,
kerjaannya ngurusin rumah tangga orang saja..."
Di sana, di keluarga 'baru' sahabat
saya. Perlakuan mertua sangat hangat pada menantu, diam-diam memberikan kejutan
setangkai bunga, diam-diam sudah membuatkan sepiring kue. Demikian juga
perlakuan suami pada istri dan sebaliknya, sederhana namun tetap manis.
Harganya mungkin tidak bisa disetarakan dengan harga mobil mewah atau rumah.
Tetapi, perlakuan setiap hari yang seperti itu membuat rumah tangga jadi adem
ayem. Membuat diri sendiri merasa dicintai. Membuat kebahagiaan itu rasanya
mutlak, dan ya inilah yang disebut dengan bahagia. Yang mirisnya, jarang
ditemui di tanah air.
Dan kalau lewat hal-hal kecil
yang bisa membuat orang merasa dicinta itu orang bisa bahagia, kenapa sih kita
tidak mulai melakukannya? Kenapa kita harus berpikir bisa membelikan suatu
barang mewah baru membuat orang bahagia?
Buang semua khayalan muluk-muluk
yang justru membuat mata buta akan cinta. Cinta itu dimulai dari hal-hal
sederhana yang dilakukan setiap harinya. Cinta itu dimulai dari hal-hal remeh
yang mungkin gengsi untuk dilakukan. Cinta itu dimulai dari ucapan terima kasih
atau maaf. Cinta itu dimulai dari senyuman pagi atau pelukan pada yang
terkasih. Cinta itu mudah sekali didapatkan dari hal-hal kecil, dan murah
sekali mendapatkan kebahagiaan yang diinginkan. Syaratnya satu, jangan pejamkan
mata lagi dan lakukan setiap hal kecil dengan cinta.
Iya, tepat seperti kata Mother
Teresa, dan mungkin itulah yang tepat menerjemahkan kalimat"We cannot
do great things, but we can do small things with great love."~ Mother
Teresa